BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pemerintahan Desa Massaile selama dua periode ini dipimpin seorang kepala desa perempuan. Namun dalam penyelenggaraan pemerintahan tetap berjalan dengan lancar utamannya dalam pelayanan masyarakat demikian juga dengan pembangunan infrastruktur.Tetapi dalam pemerintahan desa, seorang kepala desa tidak hanya memberikan pelayanan kepada masyarakat semata tetapi kepala desa harus mampu menjadi leader bagi masyarakatnya.Hal ini juga berlaku bagi Kepala Desa Massaile dalam mengakomodir segala bentuk kepentingan warganya.
Sebagai seorang pemimpin, kepala desa senantiasan memberi keamananan dan kenyamanan serta keteraturan dan juga pelayanan-pelayanan lain dalam upaya mencapai kesejahteraan masyarakat desa. Pelayanan masyarakat berhubungan dengan peningkatan kualitas pelayanan, pelayanan yang berkualitas tersebut sangat ditentukan oleh ketatalaksanaannya, dukungan sumber daya manusia serta kelembagaan yang ada di dea. Pola penyelenggaraan pemerintahan mampu dilaksanakan seseorang yang memiliki jiwa kepemimpinan (Leadership) dari dalam dirinya sebab hal tersebut sangat penting untuk menunjang pelaksanaan tugas dari kepala desa khususnya Kepala Desa Massaile, yang melalui penelitian ini ingin dipahami dan mencari jawaban secara ilmiah hambatan dalam mengefektifkan penyelenggaraan pemerntahan yang dipimpin oleh seorang kepala desa yang notabanenya adalah seorang wanita.
Sedangkan
pada aspek dukungan sumber daya manusia tentu hal ini didasarkan pada
pendidikan dan pengalaman seorang leader sehingga perlu dikaji aspek ini
secara mendalam untuk memberikan jawaban ilmiah atas dukungan sumber daya seorang
pemimpin khususnya Kepala Desa Massaile.Pada penelitian ini, aspek kelembagaan
yang akan diteliti adalah bagaimana seorang kepala desa perempuan di Desa
Massaile memberikan instruksi pada bawahannya dan bagaimana koordinasinya
dengan lembaga lain yang menjadi mitra dalampenyelengaraan pemerintahan desa
karena mengingat masalah gender dan pola
peran antara laki-laki dan perempuan itu beda.
Selain
itu, dalam kepemimpinan Kepala Desa Massaile menunjukkan adanya intervensi yang
cukup signifikan dari pihak keluarga sehingga dikhawtirkan sebagai ajang
legitimasi sebuah kepentingan politik yang lebih besar, oleh sebab itu
penelitian ini sifatnya penting untuk dilakukan untuk memberikan jawaban secara
ilmiah terkait dengan kepemimpian perempuan di Desa Massaile Kecamatan
Tellulimpoe Kabupaten Sinjai.
Penelitian terdahulu tekait kepemimpinan perempuan yang
dilaksanakan oleh Adi (2010) denga judul penelitian Persepsi Santri Terhadap
Kepemimpinan Perempuan di Sektor Publik (Studi di Pondok Pesantren Dorrotu
Aswaja Sekaran Gunung Pati, Semarang), berdasarkan hasil penelitiannya,
menunjukkan bahwa perempuan yang juga statusnya sudah menjadi seorang istri
merupakan pelayan bagi suaminya serta memiliki tugas dalam mengurus keluarganya
yaitu suami dan anak-anaknya. Namun perempuan dalam pandangan seorang santri
adalah selain sebagai seorang ibu yang mempunyai kedudukan sangat terhormat dan
tidak ada larangan baginya untuk membatasi apabila menjadi seorang pemimpin
terkhusus pada sektor publik, persepsi santri yaitu jika seorang perempuan
tersebut mempunyai kapasitas atau kemampuan, bakat, kemampuan untuk memimpin
maka perempuan bisa menjadi pemimpin selama mereka tidak melupakan kewajibannya
dalam keluarga dan setiap kegiatannya harus mendapat izin dari suaminya, dalam
penelitian ini penulis mengkaji tentang peran perempuan dalam keluarga dan
perannya dalam pelayanan publik yang dinyatakan dari hasil penelitian bahwa
tidak ada larangan bagi perempuan apabila berkeinginan menjadi seorang pemimpin
di sektor publik.
Secara garis besar penelitian yang akan dilakukan penulis berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Adi (2010) karena penulis akan membahas masalah efektivitas kepemimpinan kepala desa perempuan yang dinilai sukses selama 2 (dua) periode. Kepala Desa merupakan kedudukan dalam desa sebagai pemimpin memiliki peran penting dalam menentukan terwujudnya pelaksanaan setiap program-program pembagunan serta pelayanan kepada masyarakat didesa dimana ia memimpin. Sehingga kepala desa dituntut untuk mampu mengembangkan kepemimpinannya, mampu menggerakkan masyarakat di desanya untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan program pembangunan dan memberi layanan pada masyarakanya.
Penelitian lebih lanjut yang dilakukan oleh Mahmudi
(2011) dengan judul penelitiannya, Peran Ganda Perempuan
Dalam Pembangunan Desa (Kasus Kepala Desa Perempuan di Desa Lambangan Wetan Kecamatan
Bulu Kabupaten Rembang), hasil penelitian
menunjukkan bahwa kepala deas perempuan memberi banyak pengaruh positif pada
warga dan kemajuan desa. Hal ini dapat ditunjukkan melalui tanggungjawab serta
perjuangannya dalam memimpin desa agar dapat menjadi desa yang maju. Bantuan
dan perbakan dalam bidang ekonomi, kesehatan, keamanan dan kesejahteraan
masyarakat juga telah dilakukan. Semua perjuangan kepala desa perempuan
memiliki maksud untuk mensejahterakan masyarakat desa. Selain itu kepala desa
perempuan juga tetap melaksanakan tugasnya sebagai ibu bagi anak-anaknya dan
istri bagi suaminya.
Berdasarkan
latar belakang dan penelitian terdahulu yang telah diuraikan di atas maka penulis merasa tertarik untuk
mengkaji lebih dalam terkait kemempinan seorang perempuan dengan mengangkat
sebuah “Efektivitas Kepemimpinan Kepala
Desa Perempuan di Desa Massaile Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai”.
B. Rumusan
Masalah
Sesuai dengan pokok masalah yang dijelaskan pada latar belakang masalah, penulis akhirnya menentukan rumusan masalah yang akan penulis kaji yaitu Bagaimana efektivitas kepemimpinan Kepala Desa Perempuan di Desa Massaile Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Sinjai dalam melaksanakan tugas dan fungsinya?
C.
Fokus Masalah
Adapun fokus dari masalah
dalam penelitian ini yaitu kepemimpinan Kepala Desa perempuan di Desa Massaile
Kecamatan Tellulimpoe dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, dengan
menggunakan indikator yakni penyelenggaraan pemerintaha desa, Pelaksanaan Pembangunan Desa, Pembinaan kemasyarakatan
Desa dan Pemberdayaan masyarakat Desa.
D. Tujuan
dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan
Penelitian
Tujuan
Penulisan ini adalah untuk
mengetahui efektifitas pelayanan
kepemimpinan kepala desa perempuan di Desa Massaile Kecamatan Tellulimpoe
Kabupaten Sinjai.
2.
Kegunaan Penelitian
a. Kegunaa Teoritis
Kegunaan teoritis
dalam penelitian ini yaitu sebagai penjelasan
ilmiah terhadap masalah efektifitas pelayanan kepemimpinan Kepala Desa
Perempuan di Desa Massaile Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai.
b. Kegunaan Praktis
Kegunaan praktis dalam penelitian
ini yaitu sebagai khasanah pengembangan ilmu pengertahuan penulis
dalam administrasi publik dan sebagai tambahan informasi ilmiah mengenai masalah
efektivitas pelayanan kepemimpinan perempuan pada tingkat lokal.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Efektivitas
Kepemimpinan Perempuan
1. Pengertian
Efektivitas
Efektivitas adalah suatu nilai yang memberikan gambaran tingkat dari hasil yang bisa dicapai, efektivitas memiliki orientasi pada hasil pekerjaan sedangkan inputnya sendiri menjadi fokus perhatian (Sedarmayanti, 2009: 59). Efektivitas adalah kaitan antara hasil dan tujuan, sehingga organisasi akan semain efektif bagi program ataupun kegiatannya. Efektivitas difokuskan pada hasil (outcome), program kegiatan yang dijadikan ukuran yang apabila hasilnya (output) bisa mencapai target sesuai dengan yang telah ditentukan (Mahmudi, 2005:92)
Efektivitas dapat diartikan sebagai pemanfaatan segala potensi yang ada seeprti sumber daya saran dan prasarana dalam ukuran yang telah ditetapkan sebelumnya untuk mewujudkan hasil dari jumlah barang atas jasa kegiatan yang dilaksanakan (Siagian Sondang, 2009:72). Sedangkan Makmur (2011:5) menggungkapkan efektivitas berhubungan dengan tingkat kebenaran dan kesalahan atau keberhasilan dan kegagalan.Ia berpendapat bahwa untuk menentukan tingkat efektivitas adalah keberhasilan seseorang, kelompok, organisasi bahkan sampai kepada negara kita harus melakukan perbandingan antara kebenaran atau ketepatan dengan kekeliruan atau yang dilakukan. Semakin rendah tingkat kekeliruan atau kesalahan yang terjadi, tentunya akansemakin mendekati ketepatan dalam pelaksanaan setiap aktivitas atau pekerjaan (tugas) yang dibebankan setiap orang.
Memperhatikan pendapat para ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu keadaan yang terjadi sebagai akibat
dari apa yang dikehendaki. Misalkan saja jika seorang Kepala Desa melakukan
suatu pelayanan kepada masyarakat dengan maksud ingin memberi pelayanan yang
baik dan memang dikehendakinya, maka perbuatan orang itu dikatakan efektif jika
hasil yang dicapai sesuai dengan apa yang
dikehendakinya dan telah direncanakan sebelumnya.
Menurut
Wibowo (2013) seorang pemimpin dianggap
efektif apabila mereka mampu mencapai tujuan,
dan agar seorang pemimpin mampu mencapai tujuan maka harus memiliki kemampuan
yang kompetaibel dengan kepentingan organisasi. Selain itu, masih banyak factor
yang turut memengaruhi efektivitas
seorang pemimpin diantaranya cerdas, terampil serta kemampuan diri. Menurut
Moeheriono (2012:405)
syarat penting
efektivitas pemimpin atau seorang manajer dalam menjalankan peran, tugas serta
fungsinya adalah kompetensi. Kompetensi
kepemimpinan merupakan kemampuan diri, pendidikan, bakat serta keahlian diri
yang bisa bekerja secara baik. Sedangkan menurut
McShane dan Von Glinow (dikutip dalam Wibowo, 2013:291) kompensasi kepemimpinan
merupaka keterampialn, pengetahuan serta bakat, dan karakteristik personal lain
yang mengarah pada kinerja yang unggul.
Menurut
Yulk (2010:10) Seberapa jauh kelompok organisasi pemimpin bisa mencapai
tujuannya menjadi tolak ukur yang dipakai untuk mengukur kefektifan seorang
pemimpin, sementara ukuran subyektifnya yaitu tingkat efektif yang dihasilkan
oleh pemimpin tertinggi dan para pegawai. Efektivitas pemimpin terkadang
dinilai berdasarkan sumbangsi pemimpin pada kegiatan kelompok yang bisa
dirasakan oleh para bawahannya
2. Teori
Kepemimpinan
Pemimpin
merupakan seseorang yang menjalankan kewenangannya serta kepemimpinannya dalam
mengarahkan orang lain dan memiliki tanggung jawab atas setiap pekerjaan orang
tersebut dalam mencapati tujuan (Hasibuan, 2011:157). Pemimpin merupakan orang
privadi yang mempunyai kemampuan serta kelebihan dan cakap, khusus kecakapan
serta kelebihan pada satu bidang saja sehingga dia bisa mempengaruhi orang lain
untuk secara bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi
pencapaian satu atau beberapa tujuan (Kartono, 2010:18)
Sementara
pemimpin bisa juga dikatakan sebagai orang yang memimpin dengan cara
mempelopori tingkah laku social (Fairchild, dalam Kartono, 2010:23). Pemimpinan didefenisikan sebagai seseorang yang
menggunakan wewenangnya secara resmi untuk mengorgaisasikan, mengawasi,
mengarahkan para bawahannya yang memiliki tanggung jawab agar semua unit dari
aktivitias terkoordinasi demi terwujudnya tujuan, seorang pemimpin menggunakan
kewenangannya yang diperoleh secara sah mengorganisasikan, mengarahkan dan
mengawasi anggota kelompoknya (Ranembaum, dikutip dalam
Kartini Kartono (2010:45)
Wewenang
formal yang dimilik pemimpin menunjukkan bahwa sebelum menjadi pemimpin
sesorang terlebih dahulu mendapatkan legitimasi dari anggota kelompoknya untuk
menjadi pemimpin. Dengan demikian ada kesepakaan antara anggota kelompok dengan
pemimpin yang terlebuh dahulu menjadi
suatu ikatan diantara mereka. Disebabkan pemimpin wajib menumbuhkan dan
mengembangkan semua yang terbaik dalam diri pada pegawainya sehingga
membutuhkan pengorganisasian pekerjaan, memberikan arahan dan melakukan kontrol terhadap bawahannya secara baik dan berimbang.
Kepemimpinan
dapat didefenisikan sebagai suatu strategi yang dipakai seseorang yang mampu
mempengaruhi orang lain sedemikian rupa hingga orang yang dipengaruhi tersebut
bisa dengan sadar mengikuti serta mematuhi semua keinginannya. Aktivitas dalam
mempengaruhi orang lain, baik tingkah lakunya maupun pikirannya agar bisa melaksanakan sesuai sesuai dengan
keinginan dari pemimpin. Dapat juga diartikan bahwa dalam aktivitas
mempengaruhi orang lain terjadi pemindahan konsep yang dibawa oleh pimpinan
(Joewono, 2002:2)
Thoha (2004: 117), berpendapat bahwa kepemimpinan adalah aktivitas
untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar mereka mau diarahkan untuk mencapai
tujuan tertentu. Dalam hal ini, kegiatan mempengaruhi prilaku orang lain
dilakukan karena untuk mencapai tujuan yang diinginan. Salah satu tujuan
kepemimpinan adalah untuk menciptakan keteraturan dan ketertiban dalam
anggotanya.
Kepemimpinan merupakan kegiatan yang dilaksanakan melalui kekuatan
untuk memutuskan dan mengkomunikasikannya kepada orang lain sehingga orang lain
terdorong untuk melakukan aktivitas secara bersama-sama dalam mencapai sasaran
(Nawawi, 1993:73).
Hal penting dalam kepemimpinan adalah mewujudkan tatanan social
yang menjadi lebih baik, sehingga manusia memiliki tugas untuk memimpin secara
bersama-sama, sebab ruang lingkup kepemimpinan terletak padatanggung jawab
individu di lingkungannya serta pada semua sektor. Kepemimpinan
juga merupakan kegiatan untuk menegakkan keadilan dan kebenaran yang bukan
hanya pada kekuasaan yang hasilnya terdiri dari kemudahan fasilitas, kemudahan
mengakses kebijakan secara cepat dan mudah.Sehingga kemimpinan bukan hanya
tugas dari seorang laki-laki tapi juga bagi kaum perempuan.
Dapat penulis simpulkan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan
untuk mempengaruhi individu atau kelompok untuk bekerja sama mencapai tujuan
melalui pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang bisa
dipertanggungjawabkan sesuai prinsip manajemen.
3. Kepemimpinan
Perempuan
Kepemimpinan perempuan merupakan
suatu aktivitas yang dilaksanakan oleh jenis manusia ciptaan Allah SWT., yang
mempunyai ciri-ciri yaitu menstruasi, mengandung, melahirkan serta menyusui
yang mampu mempengerauhi orang lain sedemikian rupa hingga orang yang
dipengaruhi tersebut secara sadar menuruti serta mematuhi kehendaknya (Qadhir
Mansyur, 2005:22-23).
Kepemimpinan bagi seorang perempuan
bukan hanya pada lingkungan rumah tangga, namun juga dalam kehidupan
masyarakat. Kepemimpinan perempuan tidak hanya sebatas mempengaruhi suami untuk
mengakui hak-haknya secara sah, namun juga harus mencakup sesame jenisnya agar
mampu untuk bangkit bekerja sama mencapai dan memelihara harkat serta
martabanya dan juga menahan setiap yang datang
pada dirinya oleh siapa pun, baik itu laki-laki maupun perempuan, kelompok
kecil maupun besar yang bertujuan mengarahkan mereka kea rah yang bertentangan
dengan derajatnya (Shihab, 2005:376).
Menurut Suhandjati (2010 : 3) bahwa
dalam kegiatan publik, perempuan sebagai anggota masyarakat dan juga sebagai warga negara,
mempunyai hak untuk mengemukakan pendapatnya,
berpolitik, serta
melakukan peran sosialnya yang lebih tegas dan transparan. Dalam peran publik
ini, menurut Islam diperbolehkan melakukan peran-peran tersebut dengan
konsekuensi bahwa ia dapat dapat dipandang mampu dan memiliki kapasitas untuk
menduduki peran-peran itu. Hal ini Sebagaimana hadits Rasulullah SAW: “Setiap
manusia keturunan Adam adalah kepala, maka seorang pria adalah kepala keluarga,
sedangkan wanita adalah kepala rumah tangga” (HR. Abu Hurairah).
Dalam kehidupan bermasyarakat,
perempuan mempunyai berbagai kegiatan yang bersifat sosial, budaya, politik,
ekonomi dan lain sebagainya. Anggapan
mengenai persamaan hak antara laki-laki sertea perempuan juga gencar
disampaikan oleh kaum perempuan. Olehnya itu, dasar dari perjuangan mereka
adalah menuntut hak dan kesempatan yang sama bagi setiap individu sebagai
makhluk sosial.
Adanya perbedaan antara pola
kehidupan tradisional dan pola modern menjadi masalah bagi perempuan dalam
kepemimpinannya.Pola kehidupan modern menuntu perempuan untuk memiliki karakter
manusia yang ekspresif yakni rasional dan kepetitif serta mampu mengubah
keadaan dan lingkungannya. Sementara
pola kehidupan tradisional ditandai dengan karakter sebaliknya. Nilai-nilai tradisional
tersebut menjadikan perempuan tidak bisa bersaing secara adil dengan kaum
laki-laki, sebab potensi perempuan terbatas dari dunia publik yang senantiasa
produktif dan dinamis. Aturan yang adil merupakan pembebasan perempuan dalam
seluruh aaspek kehidupan dan mesejajarkannya dengan kaum laki-laki (Muslikhati,
2004:32)
Kepemimpinan bukan hanya bisa
dilakukan oleh kaum laki-laki namun juga bisa dilakukan oleh kaum perempuan. Kepemimpinan tidak
hanya bisa berhasil ditangan laki-laki namun bisa juga ditangan perempuan,
gender adalah tanda yang sudah melekat pada struktur setiap aspek kehidupan
social manuai sesuai perbedaan jenis kelamin (Tahido Yanggo, 2010:49).
Terdapat kelebihan dan kelemahan
bagi kepemimpinan seorang perempuan terhadap bawahannya (O’Cannor, dalam
Wulandari, 2016:29), yakni:
a. Kelebihan
1)
Jati diri seorang
perempuan mempunyai sifat lembut, tenang dan rendah hati
Sifat dari
perempuan tersebut berbeda dengan sifat yang ada pada laki-laki, yang tentu hal
ini adalah ciri dari perempuan untuk memiliki kemampuan untuk memimpin bawahan
dengan penuh kerendahan hati yang memiliki kemampuan menumbuhkan kesan yang
nyaman pada bawahan sebab ppemimpin tersebut mampu menempatkan dirinya pada
situasi apapun dimana dia berada dan tidak merasa ada perbedaan antara bawahan
dan atasa, ketenangan berpikir serta menyelesaikan setiap masalah menjadi salah
satu kelebihan dari pemimpin yang merupakan seorang perempuan sebab setiap
persoalan tidak adakan pernah selesai jika tidak ditanggapi dengan ketenangan
berpikir, sifat lembut yang dimiliki perempuan pada umumnya dapat menciptakan kondisi
kerja yang lebih baik sebab perintah-perintah dan sasaran yang diberikan kepada
bawahannya dibicarakan dengan ucapan yang lemah lebuh serta dengan perkataan
sopan dan halus.
2)
Seorang perempuan
memiliki sifat analisis yang kuat dan penuh hati-hati
Perempuan mempuyai
sifat analisis yang kuat dan penuh kehati-hatian dalam mengambil kebijakan yang
nanti digunakan sebagai kebijakan desa maupun untuk masa depan sebiuah desa
yang dipimpinnya, menganalisis setiap masalah yang dihadapi bawahannya ataupun
masalah pribadi dalam hidupnya sebelum membuat kebijakan menjadi salah satu
dasar dalam memimpin organisasinya.
3)
Pemimpin lebih pahm
dan mengerti apa kemauan bawahan
Saran serta kritik
yang diberikan oleh anggota pada pimpinan harus selalu diterma dengan penuh
kesabaran serta memberi umpan balik untuk memberi motviasi atas pekerjaan
bawahan, perempuan sangat mengerti dan memahami apa yang menjadi kemauan dari
bahwan pada saat melakukan aktivitasnya seperti seorag bahwanan memiliki
kemauan agar atasan lebih bersikap responsif terhadap pekerjaan yang dilakukan
oleh guru sehingga pemimpin harus lebih memahami hal demikian.
b.
Perempuan kurang
memiliki kepercayaan diri
Dengan adanya
bawahan memberi dukungan akan sangat penting untuk pengembangan diri seorang pemimpin
sebab bawahan akan lebih mengetahui bagaimana sifat dan cara untuk memimpin,
karena bawahanlah yang lebih tahu sifat dari pemimpinnya dan gaya memimpinnya,
oleh sebab itu tidak jarang seorang pemimpin kurang percaya diri apabila
memimpin suatu orgaisasi sebab kuragnya dukungan dari bawahan dalam memajukan
organisasi yang dipimpin berdampak pada orgainsasi yang pasti akan mengalami
kemunduran. Hal ini menjadi salh satu dari kekurangan yang dimiliki perempuan
apabila memimpin suatu lembaga pendidikan
atau sekolah.
c.
Seorang pemimpin
tegas dalam mengambil kebijakan
d.
Perempuan memiliki
sifat analisis dan penuh kehati-hatian
Pada saat mengambil keputusan seperti dalam
hal kehati-hatian yang selanjutnya akan dianalisis yang mana kurang tegas dalam
menyampaikan keputusan dihadapan bawahan, pengambilan tindakan yang tegas
menjadi cerminan bagi seorag pemimpin yang memiliki kewibawahan.
e.
Perempuan terkadang
memiliki sifat otoriter
Perempuan kadang
memiliki sifat otoriter seperti mendikte pekerjaan bawahan dan teman sekerja.
Sifat tersebut biasanya muncul pada pemimpin organisasinya sebab seorang
bawahan tidak semuanya bisa mengikuti jalan pikiran seorag pimpinan, namun ada
juga bawahan yang tidak patuh terhadap perintah pimpinan, hal tersebut yang
akan menciptakan sifat otoriter seorang pemimpin perempuan.
4.
Kepemimpinan
Pemerintahan Efektif
Kepemimpinan
pemerintahan dalam arti umum dimaknasi sebagai penerapan prinsip-prinsip dasar
kepemimpinan yang ada di bidang pemerintahan. Pernyataan ini sesuai dengan
pendapat Pamudji (2009: 52) bahwa dalam kaitannya dengan kepemimpinan
pemerintahan terdapat pada setiap tingkatan di pemerintahan baik itu pemerintah
pusat, pemerintah provinsi, kabupaten atau kota, kecamatan serta tingkat
pemerintahan bawah seperti kelurahan dan desa. Selanjutnya jika ingin
dihubungkan dengan pemerintahan desa maka kepemimpinan pada umumnya merupakan
sistem pemerintahan yang berasaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar tahun 1945.
Melengkapi pendapat Pamudji, lebih
spesifik Kaloh (2009:2) menjelaskan bahwa berdasarkan sistem pemerintahan
Indonesia maka kepemimpinan pemerintahan adalah mereka yang dikategorikan
sebagai pemimpin pada ketiga cabang pemerintahan yaitu eksekutif, legislatif
maupun yudikatif.
Sebagaimana dipahami bahwa dewasa
ini telah terjadi perkembangan paradigma dalam pemerintahan yakni bergesernya
sistem pemerintahan yang digerakkan oleh Visi dan Misi, memusatkan perhatian
pada keluaran (output) yang efisien bukan kepada masukan (kenaikan anggaran
setiap tahun) yang mengarah kepada maksimalisasi masukan dibanding
maksimalisasi keluaran. Pemerintah
hendaknya berprilaku seperti dunia usaha dalam hal pelayanan masyarakat.Selain
pemerintah lebih tepat berorientasi pada mekanisme kerja partisipatif dari pada
mekanisme kerja hirarkis (Osborne dan Gaebler, 2008)
Berdasarkan beberapa pendapat para
ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pemimpin pemerintahan merupakan figur yang
menentukan keefektifan dalam mencapai tujuan organisasi pemerintahan. Dengan
kata lain pencapaian tujuan organisasi pemerintahan ditentukan oleh kemampuan,
kompetensi dan kapabilitas pemimpin pemerintahan dalam melaksanakan tugas pokok
dan fungsinya.
Ada empat macam
model yang dikembangkan yang adalah bentuk determinan utama yang harus dipenuhi
untuk memenuhi seseorang menjadi pemimpin yang baik, yaitu:
a.
Motif dan Sifat
Motif dan sifat
merupakan keinginin dari dalam diri yang mendorong seseorag untuk berbuat.
Pemimpin yang ingin sukses memiliki beberapa bentuk umum yang harus dimiliki,
yaitu:
1)
Ambisi
Ambisi merupakan
motif yang dipandag sebagai predikator terkuat dalam keberhasilan seseorang
dalam memimpin.
2)
Waktu Kerja
Motif dari waktu
kerja adalah bekerja dalam organisasi membutuhkan waktu memiliki jam kerja yang
relatif panjang kegiatan insentif maka pribadi yang bertenaga dipandang
membutuhkan penyelesaian tanggung jawab tanpa mengenal lelah.
3)
Kegigihan dan
inisiatif
Kegigihan dan
inisiatif adalah motif yang mana dalam bekerja juga dipandang penting untuk
selalu terus ditanamkan pada jiwa kepemimpinan yang sukses dan pantang menyerah
serta tangguh dalam bekerja.
4)
Kekuasaan
Kekuasaan yang
dimaksud adalah motif atau cara penggunaan kekuasaan yang dinilai memiliki
peran yang cukup penting di dalam mewujudkan kesuksesan pemimpin. Pada pemimpin
yang efektif, cara menggunakan kekuasaan lebih pada cara terisolisasi, bukan
pada kekuasan yang terpersonalisasi. Kekuasaan diperuntukkan sebagai sarana
untuk mencapai tujuan yang diinginkan atau visi yang sudah disepakati bersama
da bukan untuk mendominasi bawahan. Model ini memiliki sifat ini serta sikap
yang lebih, sikap inti yang merupakan sikap yang wajib dimiliki seorang
pemimpin, seperti memiliki rasa percaya diri, kejujuran dan integritas
kepercayaan diri yang lebih sangat dibutuhkan untuk mengambi suatu keputusan.
b.
Pengetahuan,
Keterampilan dan Kemampuan
Pengetahuan, keterampilan serta kemampuan idealnya bagi seorang pemimpin memiliki pengetahuan serta informasi yang luas tentang orgainsasi, industri serta dunia usaha agar dapat mengantarkan organisasinya menuju keberhasilan. Keterampilan interpersonal yang terdiri dari keterampilan mendegarka, berkomunikasi secara lisan, pembangunan jejaring, serta pengelolaan konflik dihubungkan dengan kegagalan dan keberhasilan seorang pemimpin akan dianggap mempunyai peran yang sangat penting dalam menjalankan kepemimpinan.
c.
Visi
Visi ini merupakan
komponen ketigas yang mana diartikan sebagai visi dari seorang pemimpin dengan
secara tegas diungkapkan bahwa visi merupakan nafas perasaan kepada anggota
organisasi bahwa hidup serta pekerjaan mereka terjadin serta bergerak ke arah
tujuan yang sudah disepkati secara sah. Visi merupakan pedoman dari organisasi
yang perlu diubah atau diganti keberadaanya untuk menyongsong masa depan yang
kian berubah.
d.
Penerapan Visi
Komponen ini
merupakan pelaksanaan dari visi yang
telah ditentukan sebelumnya, sesudah visi dibuat, maka tanggung jawab seorang
pemimpin untuk merumuskan visi strategis serta melakukan konseptualisasi dan
pengevaluasian visi, hal ini menandakan bahwa organisasi memiliki komitmen di
dalam pemenuhan tujuan organisasi.
B.
Fungsi Pemerintah Desa
Disebutkan
dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2014
tentang Desa disebutkan bahwa desa adalah desa dan desa adat atau yang memiliki
batas wilayah yang mempunyai kewenangan untuk mengatur serta mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat,
hak asal usul dan/ atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan negara kesatuan republik indonesia.
Peraturan
Daerah Kabupaten Sinjai Nomor 1 tahun 2016 tentang Pemerintah Desa, menyebutkan
bahwa Pemerintah Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan Negara
Kesaturan Republik Indonesia. Pemerintah Desa merupakan Kepala Desa yang
dibantu oleh Perangkat Desa sebaga unsur penyelenggara pemerintahan desa.
Kepala Desa merupakan pejabat pemerintah desa yang memiliki wewenang, tugas
serta kewajiban untuk menyelenggarakan rumah tangga desanya dan melaksanakan
tugas dari pemerintah dan pemerintah daerah.
Dalam
melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Undang-undang Republik Indonesia Nomor
6 Tahun 2014 tentang Desa, pada ayat (1) disebutkan salah satu kewenangan
Kepala Desa adalah melakukan pembinaan kehidupan masyarakat desa. Kewenangan
desa merupakan penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa,
pembinaan kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa, seperti yang
tercantum dalam UU RI No. 6 Tahun 2014 tentang desa, dijelaskan sebagai
berikut:
1.
Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa
Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa adalah pelaksanaan urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Pemerintah desa adalah kegiatan pemerintahan yang
dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa .Pemerintah
desa merupakan lembaga eksekutif desa dan BPD sebagai lembaga legeslatif
desa.Pemerintah desa terdiri kepala desa dan perangkat desa. Perangkat desa bertugas membantu kinerja kepala desa dalam
melaksanakan tugas-tugas dan fungsi-fungsi pemerintah desa.Perangkat desa
terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desalainnya. Bersama perangkat desa,
kepala desa sebagai pimpinan struktur pemerintah desa memiliki peranan yang
signifikan dalam pengelolaan proses sosial dalam masyarakat. Tugas utama yang
harus diemban pemerintah desa adalah bagaimana menciptakan kehidupan
demokratik, memberikan pelayanan sosial yang baik sehingga membawa
masyarakatnya pada kehidupan yang sejahtera, rasa tenteram, dan
berkeadilan.
Contoh dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa yaitu dilaksanakan dengan cara melakukan kegiatan
pengadministrasian desa, pengelolaan infromasi desa, dan pelayanan masyarakat.
2.
Pelaksanaan Pembangunan
Desa
Pelaksanaan pembangunan desa adalah kewenangan yang dimiliki oleh Kepala
Desa dan perangkatnya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa serta
kualitas hiudp manusia dan penanggulangan kemiksinan melalui pemenuhan
kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, pengembangan potensi
ekonomi lokal dan memanfaatkan sumber daya alam serta lingkungan secara
berkelanjutan.
Pasa Pasal 81 Undang-Undang Desa dinyatakan bahwa pembangunan desa
dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dengan meingkutsertakan seluruh masyarakat
desa dengan semangat gotong royong serta memanfaatkan kearifan lokal dan sumber
daya alam desa. Kemudian pada ayat 4 pasal 81 ditegaskan bahwa pembangunan
lokal berskala desa dilaksanakan sendiri oleh desa.
Contoh
pelaksanaan pembangunan desa yaitukegiatan yang dilakukan dengan membuat perencanaan
dalam hal pembangunan sarana dan prasarana desa, melakukan pelaksanaan
pembangunan dan melakukan pemanfaatan serta pemeliharaan hasil-hasil
pembangunan.
3.
Pembinaan
kemasyarakatan Desa
Pembinaan
kemasyarakatan Desamerupakan kewenaganpemerintah desa dalam meningkatkan serta mengelola
lembaga dan sumber daya manusia agar lebih baik dan bekerja sesuai dengan
harapan.
Contoh dari pembinaan masyarakat desa yaitu pemberian bantuan modal usaha bagi
warga yang memiliki atau akan memulai usaha, memberi penyuluhan kesehatan,
memberi penyuluhan pertanian dan bantuan bibit.
4.
Pemberdayaan masyarakat
Desa
Pemberdayaan
masyarakat Desa adalah kewenagan Kepala Desa dan perangkatnya dalam
mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan
pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta
memanfaatkan sumber daya.Manfaat pemberdayaan
masyarakat desa yaitu Desa memiliki potensi besar untuk diberdayakan.Sawah,
ladang dan hutan hanyalah sebagian kecil potensi yang dapat dimanfaatkan.
Contoh pemberdayaan masyarakat desa adalah pemberdayaan masyarakat miskin dan mendayagunakan sumber daya alam yang ada dengan meningkatkan prakarsa dan swadaya gotong royong masyarakat khususnya yang ada di desa.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Jadwal
Penelitian
Penelitian
dilaksanakan di Desa Massaile Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai dan telah dilaksanakan mulai 28
Agustus sampai dengan 11 Oktober tahun 2019.
B. Jenis dan Pendekatan
Penelitian
Penelitian
ini adalah jenis penelitian deskriptif yang menggunakan pendekatan kualitatif.Agar latar setiap orang
bisa menjadi narasumber dan juga yang berada di lokasi penelitian maka
dibutuhkan pendekatan deskriptif yang selanjutnya dilaksanakan pengorganisasian
secara terus menerus sesuai dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Metode kualitatif dapat didefenisikan sebagai teknik yang meneliti kondisi yang dialami subjek penelitian serta sesuai dengan kenyataan, selain itu digunakan juga teknik gabungan dalam analisis datanya yang sifatnya induktif dan kualitatif yang menekankan pada makna dari pada generalisasinya (Sugiono, dalam Marsuki Ali, 2016:14). Tujuan utama dalam kegiatan penelitian ini yaitu untuk mendapatkan data, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang cukup penting untuk dilakukan dalam penelitian sehingga dalam hal ini data diperoleh dari sumber data sebagai berikut:
1.
Data Primer
Data primer adalah sumber data penelitian yang didapatkan secara langsung dari
informan, yang di dapat dari peristiwa tertentu yang ada hubunganya dengan
fokus penelitian, hasil dari pengamatan terhadap suatu objek benda, kejadian
atau kegiatan dan data sesuai dengan tema penelitian.
2.
Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data primer yang sudah diolah lebih lanjut,
baik yang mengambil sendiri data primer oleh pihak lain. Pada penelitian ini,
data bisa diperoleh berupata da-data terulis seperti monografi, laporan
kegiatan pemerintah desa, notulen rapat, berita acara kegiatan, daftar hadir,
surat-surat keputusan yang bisa dipakai sebagai informasi pendukung dalam
analisis data primer.
C.
Informan
Penentuan informan dalam penelitianini ialah melalui
metode snowballsampling (Sampel Bola Salju), yakni wawancara dilakukan
pertama kali kepada satu orang namun akan berkembang sesuai arahan narasumber
pertama.
Adapun narasumber atau
informan dalam penelitian ini adalah :
1. Kepala
Desa Massaile
2. Ketua
BPD Desa Massaile
3. Kepala
Seksi Pelayanan Desa Massaile
4. Kepala Dusun Desa Massaile yang banyak mengetahui terkait penelitian
D.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan tahapan dalam
penelitian kualitatif yang terdiri dari tiga cara yang disesuaikan denga
informasi yang dibutuhkan, teknik
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Observasi
(Pengamatan)
Observasi
disebut juga pengamatan, yang meliputi kegiatan pemantaun perhatian terhadap
sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera.Dalam observasi langsung,
pengumpulan data pencatatan yang dilakukan peneliti terhadap objek dilakukan di
tempat berlangsungnya peristiwa sehingga peneliti berada bersama objek yang
sedang diteliti atau diamati.
2.
Wawancara (Interview)
Wawancara
mendalam akandilakukan terhadap informan atau narasumber penelitian dengan
maksud untuk menghimpun data atau informasi berupa kata-kata atau kalimatdari
orang-orang atau kelompok orang dalam satu organisasi yakni Pemerintah Desa Massaile Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten
Sinjai serta warga masyarakat yang mengetahui permasalahan yang sedang
diteliti. Proses ini dilakukan dengan metode
enkulturasi sehingga informasi yang disampaikanbukan merupakan kemasannya
sendiri tetapi benar-benar sesuai dengan fakta.
3.
Dokumentasi
Dokumen
yang akan dikumpulkan adalah tertulis dan dokumen berupa gambar atau foto-foto,
cattan harian, jurnal kegiatan, buku-buku, teori dan dalil yang dapat menunjang
dan menguatkan data hasil wawancara.
E. Teknik
Analisis Data
Metode
analisis data yang akan digunakan adalah model analisis interaktif dengan
metode trianggulasi. Adapun metode analisis
interaktif dijalankan sebagai berikut:
1. Reduksi
Data
Reduksi data dilaksanakan melalui pengumpulan segala informasi dengan
mereduksi data kemudian memfokuskannya pada data tertentu. Kemudian peneliti
melakukan pemilihan data untuk disortir serta dipilah mana data yang penting,
berguna dan baru. Data-data yag dianggap tidak bisa dipakai dipisah agar tidak
tercampur dengan data inti. Kemudian data-data tersebut dikelompokkan menjadi
berbagai kategori untuk dijadikan sebagai fokus hasil penelitian.
2.
Sajian Data (Display)
Setelah
data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data.Kalau dalam
penelitian kuantitatif penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk tabel,
grafik, phie chard, pictogram dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut,
maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin
mudah difahami.
3.
Kesimpulan
Teknik analisis data tahap terakhir adalah mengambil
kesimpulan yang mana pada kegiatan ini penulis melakukan uraian yang masih
bersifat sementara dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang
masih kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Aka tetapi
apabila kesimpulan yang diketetmukan pada awalnya sudah mendukung dari
data-data yang valid maka saat di lokasi penelitian untuk mengumpulkan data,
sehingga kesimpulan yang dikeluarkan merupakan kesimpulan yang asli dan sesuai
kenyataan sehingga sangat diharapkan kesimpulan akhir nantinya menemukan temuan
baru yang sebelumnya belum ada dan bisa menjawab rumusan masalah (Marsuki
Ali, dkk. 2016).
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ali, Marsuki. 2016. Pedoman Penulisan Skripsi. Edisi-3.
Sinjai: STISIP Muhammadiyah Sinjai
Dewi.
2009. Model Kepemimpinan Efektif.
Denpasar. Piramida.
Hasibuan. 2011. Menajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan
ke tujuh. Penerbit : Bumi Aksara, Jakarta.
Joewono,
Heri. 2002. Pokok-pokok Kepemimpinan Abad
21. Penerbit : Balai Pustaka, Jakarta.
Kaloh,
J. 2009. Kepemimpinan Kepala Daerah, Pola
Kegiatan, Kekuasaan dan Perilaku Kepala Daerah dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah.
Penerbit: Sinar Grafika, Jakarta.
Kartini Kartono. 2010. Pemimpin Dan Kepemimpinan. Penerbit : PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Mahmudi.
2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik.
Penerbit: UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Makmur,
2011. Efektifitas Kebijakan kelembagaan Dan Pengawasan. Penerbit :
Refika Aditama, Bandung..
Mansyur, Abdul Qadir. 2005. Buku Pintar Fikih Wanita. Penerbit:
Nusantara Lestari Ceria Pratama, Tangerang.
Moeheriono . 2012 . Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Jakarta:
Raja. Grafindo Persada.
Muslikhati,
Siti. 2004. Feminisme dan Pemberdayaan
Perempuan dalam Timbangan Islam. Penerbit : Gema Insan, Jakarta.
Nawawi, Hadari. 1993. Kepemimpinan Menurut Islam. Penerbit : Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Osborne,
David & Gaebler, Ted. 2008. Mewirausahakan
Birokrasi (Reinventing Government).
Penerbit : Teruna Gravika, Jakarta.
Pamudji.
2009. Kepemimpinan Pemerintahan di
Indonesia. Jakarta: Bina Aksara
Sedarmayanti. 2009. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Penerbit: CV. Mandar
Maju, Bandung
Shihab. 2005. Perempuan. Penerbit: Penerbit Lentera Hati, Tangerang.
Sondang.
P Siagian. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Suhandjati, Sri. 2010. Ragam Pemberdayaan Perempuan Versi
Oraganisasi Perempuan Islam Indonesia. Penerbit: Balai Penerbitan dan
Pengembangan Agama Islam, Semarang.
Thoha, 2004. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta: Penerbit Sangkala.
Wibowo . 2013. Manajemen Kinerja. Jakarta:
Rajawali Pers
Wulandari,
Eka. 2016. Pola Kepemimpinan Kepala Desa Perempuan Dalam Meningkatkan Pembangunan Di
Desa Senden Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali, skripsi tidak dipublikasikan, Semarang:
Unsema
Yanggo,
Tahido Huzaemah. 2010. Pandangan Islam
Tentang Gender (Cet Ke-5) Penerbit : Risalah Gusti, Surabaya.
Yulk, Gary. 2010.
Pimpinan dalam Organisasi, Edisi
Kelima. Jakarta: PT. Indeks
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Peraturan
Daerah Kabupaten Sinjai Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Pemerintah Desa
Jika ingin mendapatkan skripsi lengkapnya bisa hubungi adiguest@gmail.com